PRAKTIKUM MK.
AGRIBISNIS PANGAN SUBSISTEM ONFARM SEREALIA KOMODITAS
JAGUNG
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Agribisnis merupakan suatu
kegiatan mulai dari pengadaan, proseseing, penyaluran sampai pada pemasaran
produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling
terkait satu sama lain. Secara ilmiah ruang lingkup kajian agribisnis bisa
merentang dari identifikasi, analisis dan solusi yang terkait dengan persoalan
pemasokan sarana produksi, pengendalian, pengolahan hingga pemasaran. Berdasarkan
paparan tentang pengertian agribisnis tersebut maka kajian agribisnis sebagai
sektor merentang dari agribisnis hulu, kegiatan produksi bahan primer
(agribisnis onfarm), hingga agribisnis hilir.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana subsistem
onfarm pada tanaman serealia komoditas jagung di suatu wilayah tertentu.
2. Untuk mengetahui permasalahan yang
dihadapi dalam subsistem onfarm pada tanaman serealia komoditas jagung.
3. Menentukan solusi yang tepat untuk
memecahkan permasalahan dalam subsistem onfarm pada tanaman serealia komoditas
jagung.
Manfaat
Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
subsistem onfarm pada tanaman serealia komoditas jagung di suatu wilayah
tertentu.
2. Mahasiswa dapat mengetahui permasalahan
yang dihadapi dalam subsistem onfarm pada tanaman serealia komoditas jagung.
3. Mahasiswa dapat memberi solusi yang
tepat untuk memecahkan permasalahan dalam subsistem onfarm pada tanaman
serealia komoditas jagung.
PEMBAHASAN
Sulawesi
Selatan sebagai salah satu wilayah potensial jagung selain pulau Jawa dan
Sumatera, yang kini telah menjadi salah satu target pengembangan jagung di
Indonesia Bagian Timur. Dari total potensi
pengembangan sebesar 400.000 Ha yang tersebar di sembilan kabupaten,
menunjukkan rata-rata produksitifitas hanya sebesar 1.8 ton/Ha.
Kabupaten Jeneponto merupakan bagian dari provinsi sulawesi selatan dimana penanaman jagung di kabupaten ini
sudah berlangsung secara turun temurun. Kontur yang relatif datar, iklim yang
kering, dan jenis tanah yang ada di daerah ini membuat tanaman jagung, padi
tadah hujan dan bawang merupakan pilihan komoditi pertanian yang dapat ditanam
atau banyak dipilih petani untuk ditanam di daerah ini.
Keadaan
Cuaca dan Topografi kabupaten Jeneponto
Keadaan cuaca di wilayah Kabupaten
Jeneponto pada umumnya beriklim kering dengan curah hujan relatif rendah
rata-rata sekitar 78,2 mm per tahun dan rata-rata hari hujan 108 hari per
tahun. Suhu udara
berkisar antara 30 sampai dengan
350 C pada siang hari. Selama lima tahun terakhir (2000 – 2005) curah hujan sangat tidak kondusif untuk
mendukung kegiatan bercocok tanam.
Musim hujan terjadi antara bulan Nopember hingga bulan April dengan puncak
curah hujan (174 mm) terjadi pada bulan Januari dan paling rendah pada bulan
Agustus (3mm). Musim kemarau terjadi
dari bulan Mei hingga bulan Oktober.
Jenis tanah yang dominan di
kabupaten ini adalah Alluvial, Gromosal, Mediteren, Lotosal, Andosil dan
Regonal. Sesuai dengan kondisi iklim, topografi dan jenis tanah tersebut,
Kabupaten Jeneponto memproduksi jagung di areal tegalan atau Madang. Kegiatan
bercocok tanam pada umumnya sangat mengandalkan kepada frekuensi dan intensitas curah
hujan.
Sejarah
Budidaya Jagung
Jagung
(Zea Mays L.) yang masih satu
keluarga dengan gandum dan padi merupakan tanaman asli benua amerika. Selama
ribuan tahun, tanaman ini menjadi makanan pokok penduduk suku Indian di
Amerika. Christopher Columbus merupakan orang yang berjasa menyebarkan jagung
keseluruh dunia. Setelah menemukan benua Amerika secara tidak sengaja pada
tahun 1492, saat kembali ke negara asalnya, spanyol, Columbus membawa tanaman
jagung dan beberapa tanaman asli lainnya dari benua tersebut, seperti cabai dan
tomat. Sejak itulah, tanaman jagung menyebar ke seluruh penjuru dunia dan
dibudidayakan oleh para petani di banyak negara.
Di
Indonesia, jagung pertama kali datang pada abad 17, dibawa oleh Bangsa
Portugis. Sejak kedatangannya, tanaman ini menjadi tanaman pangan utama kedua
setelah padi yang ditanam hampir oleh seluruh petani di Nusantara. Bagi petani
yang mengalami kegagalan panen padi karena serangan hama, menanam jagung
menjadi alternatif untuk mendapatkan keuntungan atau minimal untuk menutup
kerugian.
Tanaman
jagung relatif lebih mudah dibudidayakan, ganpang perawatannya, serta cocok
dengan kondisi iklim dan cuaca di Indonesia. Awalnya, benih yang digunakan oleh
para petani open polineted (OP) yang
merupakan benih hasil persilangan terbuka dua galur murni atau lebih yang
terjadi dengan bantuan angin atau serangga. Benih OP biasanya diambil dari biji
jagung hasil panen musim tanam sebelumnya. Sifat dari induk benih OP ini masih
ada sampai dengan keturunan kelima.
Seiring
bergulirnya waktu, perkembangan budidaya jagung di Indonesia mengalami kemajuan
pesat. Salah satunya adalah penggunaan benih jagung hibrida, di samping benih
OP yang telah lama digunakan. Namun berbeda dengan benih OP, benih jagung
hibrida berasal dari persilangan yang dilakukan oleh manusia sehingga memiliki
banyak keunggulan dibandingkan dengan benih OP.
Keunggulan
benih jagung hibrida antara lain tahan terhadap jenis penyakit tertentu, masa
panennya lebih cepat dan kualitas serta kuantitas produksinya lebih baik.
Bahkan, ada jagung hibrida yang bisa mengeluarkan tongkol jagung kembar
sehingga hasil panennya berlipat ganda. Sayangnya, benih jagung hibrida hanya
bisa ditanam satu musim tanam karena turunannya sudah tidak lagi memiliki sifat
unggul dari sang induk.
Saat
ini, selain untuk konsumsi manusia, jagung juga dimanfaatkan sebagai makanan
ternak unggas seperti ayam, bebek, burung dan ternak ruminansia seperti
sapi,domba serta babi.bahkan jagung juga bisa diolah menjadi gula rendah kalori
dan ampasnya diproses kembali untuk menghasilkan alkohol dan monosodium
glutamat.
Budidaya Tanaman Jagung
1.
Syarat Tumbuh
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan.
Oleh karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan
penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan.
Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan pola
distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat ditentukan
dengan baik dan tepat.
2. Pemilihan Lahan
Tanaman
jagung dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi. Secara umum,
tanaman ini sangat toleran dan mampu beradaptasi dengan iklim di Indonesia.
Lahan tanam yang baik untuk budidaya jagung adalah lahan kering yang
berpengairan cukup, lahan tadah hujan, lahan terasering, lahan gambut yang
telah diperbaiki atau lahan basah bekas menanam padi. Agar tumbuh dan
berproduksi dengan baik, tanaman jagung harus ditanam di lahan terbuka yang
terkena sinar matahari penuh selama 8 jam sehari. Tanaman jagung toleran dengan
pH (potencial Hidrogen) tanah 5,5 – 7,0, tetapi nilai yang paling cocok adalah
6,8.
Tanah
yang Ph-nya terlalu rendah atau asam bisa dinaikkan dengan menaburkan kapur.
Agar lebih efisien, pengaplikasiannya dilakukan bersamaan dengan pengolahan
lahan. Setelah penaburan, lahan dicangkul dan disiram agar kapur tercampur
merata. Banyaknya kapur yang diberikan tergantung pada nilai pH awal lahan.
Sebagai patokan untuk satu hektar lahan yang memiliki pH 5,0 dibutuhkan kapur
sebanyak 2-4 ton. Sementara itu, jika pH
tanah lahan terlalu tinggi atau basa dapat diturunkan dengan menaburkan
belerang. Namun, pengaplikasiannya dilakukan jika nilai pH lahan memang sangat
tinggi, yakni 8,0 atau 9,0.
3. Penyiapan Lahan
Pengolahan
tanah untuk penanaman jagung dilakukan dengan 2 cara yaitu olah tanah sempurna (OTS) dan
tanpa olah tanah (TOT) bila lahan gembur. Namun bila tanah berkadar liat tinggi
sebaiknya dilakukan pengolahan tanah sempurna (intensif). Pada lahan yang
ditanami jagung dua kali setahun, penanaman pada musim penghujan (rendeng)
tanah diolah sempurna dan pada musim tanam berikutnya (musim gadu) penanaman
dapat dilakukan dengan tanpa olah tanah untuk mempercepat waktu tanam.
4. Pengolahan Lahan
a. Pembersihan Gulma
Sebelum
ditanami jagung, lahan tanam dibersihkan dari gulma dan tanaman liar. Gulma
seperti alang-alang, rumput teki semak dan pohon perdu disiangi beserta
akar-akarnya. Gulma ini kemudian dibakar dan abunya ditaburkan ke lahan sebagai
kompos untuk menambah kesuburan tanah.
b. Pencangkulan
Pencangkulan
lahan dilakukan dengan memindahkan tanah bagian bawah sedalam 15-20 cm ke atas
permukaan lahan. Selain untuk menyeimbangkan ketersediaan unsur hara antara
bagian bawah dan atas lahan, pencangkulan juga bertujuan membuat tanah lebih
remah dan gembur.
c. Pembuatan Bedengan
Pembuatan
bedengan untuk lokasi penanaman benih banyak dilakukan di dataran rendah pada
lahan kering, lahan bekas sawah atau lahan tadah hujan.bedengan dibuat selebar
70-100 cm dan tingginya 10-20 cm. panjangnya disesuaikan dengan kondisi dan
kontur tanah.
d. Pemupukan
Pemupukan
bertujuan meningkatkan kandungan unsur hara di lahan tanam. Pupuk yang
digunakan adalah pupuk kandang, baik kotoran sapi, kambing maupun ayam.pupuk
yang diberikan harus matang, yakni kering, tidak berbau dan teksturnya remah
atau gembur.pemberian pupuk yang belum matang membuat kondisi lahan menjadi
panas dan bisa mengakibatkan kematian pada benih jagung yang ditanam.
Takaran pupuk untuk tanaman
jagung di Jeneponto berdasarkan target hasil adalah 350-400 kg urea/ha, 100-150
kg SP-36/ha, dan 100-150 kg KCl/ha. Adapun Cara Pemupukan.yang dilakukan adalah:
1) Cara pemberian pupuk, ditugal sedalam kira-kira 5 cm
sekitar 10 cm di samping pangkal tanaman dan ditutup dengan tanah.
2)
Bagan warna daun hanya digunakan pada waktu pemberian
pupuk ketiga. Sebelum pemupukan, dilakukan
pembacaan
BWD dengan cara menempelkan daun jagung teratas yang sudah sempurna terbuka.
Waktu pembacaan sebaiknya sore hari agar tidak terpengaruh dengan cahaya
matahari.
3) Pada saat pemupukan III (45-50 hari sesudah tanam),
untuk menentukan jumlah pupuk Urea yang diberikan ukur tingkat kehijauan daun
menggunakan Bagan Warna Daun (BWD).
5. Penanaman
Cangkul/koak tempat menugal benih sesuai dengan jarak
tanam lalu beri pupuk kandang atau kompos 1-2 genggam (+50-75 gr) tiap
cangkulan/koakan, sehingga takaran pupuk kandang yang diperlukan adalah 3,5-5
t/ha. Pemberian pupuk kandang ini dilakukan 3-7 hari sebelum tanam. Bisa juga
pupuk kandang itu diberikan pada saat tanam sebagai penutup benih yang baru
ditanam/ditugal Jarak tanam yang dianjurkan ada 2 cara adalah: (a) 70 cm x 20
cm dengan 1 benih per lubang tanam, atau (b) 75 cm x 40 cm dengan 2 benih per
lubang tanam). Dengan jarak tanam seperti ini populasi mencapai 66.000–71.000
tanaman/ha.
6. Pemeliharaan
a. Penyiangan
Gulma yang tumbuh di sekitar
tanaman harus disiangi agar tidak menjadi pesaing utama dalam memperebutkan
unsur hara. Penyiangan dilakukan
dua kali selama masa pertumbuhan tanaman jagung. Penyiangan pertama pada umur
14-20 hari sesudah tanam dengan cangkul atau bajak sekaligus bersamaan dengan
pembumbunan. Penyiangan kedua dilakukan tergantung pada perkembangan gulma (rumput).
Penyiangan kedua dapat dilakukan dengan cara manual seperti pada penyiangan
pertama atau menggunakan herbisida kontak seperti Gramoxon atau Bravoxone 276
SL atau Noxone 297
AAS. Pada saat menyemprot nozzle diberi pelindung plastik berbentuk corong agar
tidak mengenai daun jagung.
b. Pengendalian
Hama dan Penyakit
Penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman jagung adalah
penyakit bulai dan jamur (Fusarium sp). Pengendalian penyakit bulai
dengan perlakuan benih, 1 kg benih dicampur dengan metalaksis (Ridhomil atau Saromil)
2 gr yang dilarutkan dalam 7,5-10 ml air. Sementara itu untuk jamur (Fusarium)
dapat disemprot dengan Fungisida (Dithane M-45) dengan dosis 45 gr / tank isi
15 liter. Penyemprotan dilakukan pada bagian tanaman di bawah tongkol. Ini
dilakukan sesaat setelah ada gejala infeksi jamur. Dapat juga dilakukan dengan
cara membuang daun bagian bawah tongkol dengan ketentuan biji tongkol sudah
terisi sempurna dan biji sudah keras.
Hama yang umum mengganggu pertanaman jagung adalah lalat
bibit, penggerek batang dan tongkol. Lalat bibit umumnya mengganggu pada saat awal pertumbuhan tanaman, oleh
karena itu pengendaliannya dilakukan
mulai saat tanam menggunakan insektisida carbofuran utamanya pada daerah-daerah
endemik serangan lalat bibit. Untuk hama penggerek batang, jika mulai nampak
ada gejala serangan dapat dilakukan dengan pemberian carbofuran (3-4 butir
carbofuran/tanaman) melalui pucuk tanaman pada tanaman yang mulai terserang.
Hama penggerek batang dikendalikan dengan
memberikan insektisida carbofuran sebanyak 3-4 butir dengan ditugal bersamaan
pemupukan atau disemprot dengan insektisida cair fastac atau regent dengan
dosis sesuai yang tertera pada kemasan.
c. Pengairan
(Pada musim kemarau)
Pengairan diperlukan bila musim kemarau pada fasefase (umur) pertumbuhan,
15 hst, 30 hst, 45 hst, 60 hst, dan 75 hst. Pada fase atau umur tersebut tanaman
jagung sangat iskan dengan kekurangan air. Pengairan dengan pompanisasi pada
wilayah/daerah yang terdapat air tanah dangkal sangat efektif untuk
dikembangkan pada budidaya jagung. Dengan sistem pengairan pompanisasi (sumur
dangkal) seperti ini menciptakan sistem sirkulasi air pada lokasi budidaya.
Pengairan dilakukan dengan sistem
leb, yakni mengalirkan air kedalam
parit hingga meresap ke seluruh bagian bedengan. Cara manyiram seperti ini
lebih efisien dibandingkan dengan penyiraman manual kesetiap tanaman yang
memakan banyak waktu dan tenaga.
d. Penyulaman Benih
Satu
minggu setelah tanam, benih akan tumbuh dan muncul tanaman muda. Saat itu
pengecekan harus dilakukan jika ada benih yang tidak tumbuh, mati atau tanaman
muda terserang penyakit, segera lakukan penyulaman yakni penanaman benih
kembali. Tujuan penyulaman adalah agar tanaman tumbuh seragam, baik umur maupun
sosoknya.
e. Pemberian Pupuk Lanjutan
Umur
15-30 hari setelah tanam atau setelah penyiangan pertama, tanaman diberi pupuk
lanjutan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk urea dengan dosis 2 gram/tanaman. Pemberian pupuk susulan ini diulang
kembali saat tanaman berumur 40 hari.
Permasalahan
Subsistem Onfarm yang dihadapi dalam Agribisnis Jagung beserta Solusi
Penanganannya
Permasalahan dalam sektor pertanian
yaitu agribisnis, seringkali terjadi.baik di subsistem hulu, subsistem onfarm
maupun subsistem hilir. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa kegiatan budidaya merupakan
suatu rangkaian kegiatan agribisnis yang termasuk dalam subsistem onfarm mulai
dari persiapan lahan hingga pemeliharaan tanaman.
Terdapat permasalahan yang terjadi pada
subsistem onfarm agribisnis tanaman jagung yaitu sebagai berikut:
1.
Peralatan yang dipergunakan dalam
kegiatan budidaya masih sangat sederhana
Yaitu
penanaman benih jagung yang umum dilakukan petani adalah dengan tugal. Cara ini
memerlukan banyak waktu, tenaga, dan melelahkan.
Solusinya yaitu dengan
adanya beberapa modifikasi terhadap alat tanam tugal, di antaranya menghasilkan
alat tanam modifikasi model V. Bagian utama tugal yang dimodifikasi adalah:
a.
Tangkai
kendali
b.
Kotak
benih
c.
Pengatur
pengeluaran benih
d.
Saluran
benih
Mekanisme
kerja alat tugal modifikasi ini adalah pada saat ditugalkan ke tanah dan
tangkai kendalinya didorong ke depan maka tangkai penguak akan menguak tanah
dan sekaligus memberi tanda pada permukaan tanah dan mendorong tuas yang juga
menggerakkan papan benih sehingga benih yang ada dalam lubang papan benih akan
jatuh ke lubang tegalan di tanah.
Apabila
alat tanam diangkat, tanah akan terkuak dan menutup kembali dan papan benih
akan kembali ke posisi semula. Cara penggunaan alat tanam ini cukup sederhana,
cukup dengan memegang tangkai kendali dan menugalkannya ke dalam tanah,
kemudian mendorong tangkai kendali ke depan secukupnya, lalu mengangkatnya
kembali. Kapasitas penugalannya adalah 60 jam/ha, lebih baik dari cara
tradisional yang membutuhkan waktu 85 jam/ha.
Peralatan
tanam mekanis. Seiring dengan meningkatnya penggunaan mesin dalam kegiatan
budidaya pertanian secara tidak langsung mendorong peningkatan penggunaan
peralatan mekanis.
2.
Komoditas jagung yang
dihasilkan petani Sulawesi Selatan selama ini bersumber dari benih
lokal yang ditanam secara tradisional dengan tingkat
produktivitas yang rendah.
Solusinya yaitu dengan
menggunakan benih jagung yang bersertifikasi dan terdapatnya bantuan dari
pemerintah daerah sekaligus sebagai pemerhati dalam sektor agribisnis jagung.
- Kondisi sosial petani jagung juga merupakan kendala bagi usaha pengembangan jagung hibrida. Sebagian besar petani, terutama penduduk asli Sulawesi Selatan, masih bergantung pada kemurahan alam. Belum akrab dengan teknologi, seperti penggunaan pupuk dan obat-obatan. Padahal, tanpa perlakuan khusus, benih jagung hibrida tidak bakal mencapai tingkat produktivitas standar, yaitu 7 ton-8 ton per hektar.
Solusinya yaitu dengan memberikan penyuluhan pertanian komoditi jagung
kepada petani dimana teknologi dan tatacara budidaya yang baik dapat diterapkan
secara langsung dilapangan.
- Di tingkat petani, persiapan menghadapi musim tanam yang menurut jadwal dimulai pada Oktober memang belum terarah ke penanaman jagung hibrida. Akan tetapi kebayakan petani menyiapkan lahannya untuk budidaya jagung lokal saja.
Solusinya yaitu dengan membuat planning
job yang terarah untuk pencapaian tujuan yang maksimal
No comments:
Post a Comment