Sunday, February 5, 2012

Contoh Tugas Praktikum Kewirausahaan


JAGOAN ANIMASI DARI TEBET

Muda, pintar, kreatif, punya bisnis sendiri, dan banyak duit, wow pasti menjadi impian banyak orang. Seperti Wahyu Aditya, yang biasa dipanggil Wadit ini, di usianya 27 tahun, ia berhasil mewujudkannya lewat bisnis yang digeluti di bidang animasi dan motion picture. Namanya, Hello Motion.
Arek Malang kelahiran 4 Maret 1980 ini mendirikan Hello Motion pada April 2004, setelah menyelesaikan kuliah Jurusan Multimedia Interaktif dan Animasi di Sydney's KvB Institute of Technology, Australia, serta dua tahun bekerja sebagai staf animasi di Trans TV. Sebenarnya, selepas dari Trans TV, Wadit sempat mendirikan perusahaan animasi bersama kawan-kawannya, dan sempat menggarap berbagai videoklip terkenal. Namun kemudian, agar lebih leluasa mengembangkan kreativitasnya, Wadit memilih mendirikan usaha sendiri. Ia mulai usaha dengan modal pinjaman bank Rp 500 juta. “Jaminannya tanah milik orang tua saya di Malang,” tutur pendiri & Presdir Hello  Motion yang berkantor di Tebet, Jakarta ini.

Dia animator, dia muda, dan dia berhasil membuka jalan terang bagi mereka yang ingin menggeluti animasi. Namanya Wahyu Aditya, 29 tahun. Cita-citanya meningkatkan industri animasi lokal. Di depan peserta ASEANpreneurs Youth Leader Exchange 2009 di Universitas Binus, Rawa Belong, Jakarta Barat, pada Rabu pekan lalu, anak muda ini menyatakan akan terus berikhtiar melahirkan animator.
Adit begitu dia disapa, adalah pendiri Hello Motion School of Animation and Cinema, tempat kursus animasi di Tebet Raya, Jakarta Selatan. Kursus itu dia rintis lima tahun lalu di sebuah rumah toko berlantai tiga. Modalnya Rp 400 juta, dia pinjam dari bank berbekal jaminan sertifikat rumah orang tuanya.
Di tempat itu dia mendidik semua muridnya. Adit menyusun kurikulum berdasarkan pengalaman kerja yang pernah dia dapat. Pesertanya anak sekolah dasar hingga orang dewasa. "Animasi bisa dipelajari oleh siapa saja," ujarnya. Biaya kursus per program Rp 3,9 juta untuk 20 sesi pertemuan-ke-cuali kelas editing Rp 1,6 juta dengan sembilan pertemuan. Pelajaran di-mulai pada sore dan malam. Ia juga membuka kelas animasi dua dimensi pada siang hari untuk anak SD. Dibagi dalam tiga jenjang, biaya kelas anak-anak ini Rp 950 ribu-1,2 juta sepanjang delapan kali pertemuan.
Hasilnya, Hello Motion sudah melahirkan hampir seribu alumnus. Ada yang bekerja di stasiun televisi, agensi iklan, atau rumah produksi. Ada yang terlibat dalam pembuatan film begitu lulus Hello Motion, ada juga yang merintis usaha sendiri. Tahun lalu sekolah ini berubah nama menjadi Hello Motion Academy.
Adit kemudian mulai menggelar HelloFest, festival tahunan animasi. Di acara itu dia membebaskan peserta mengenakan kostum sesuai dengan tokoh imajinasi mereka. Tujuannya, peserta yang belum bisa bikin animasi tetap memberikan inspirasi. "Saya ingin membangun komunitas yang peduli animasi," katanya.
Semula ditonton 300-an orang, penonton HelloFest kini pada tahun keenam membeludak sepuluh kali lipat. Yang terakhir berlangsung di Balai Kartini, Jakarta, pada Sabtu dua pekan lalu. Sekitar 233 film pendek diputar di sana.
Lewat ajang ini, Adit merangsang para kreator mengeksplorasi seni animasi, mulai media kreasi hingga teknik baru dalam pembuatan animasi. Dia merancang jaringan dan database, sehingga gaya, karakter, dan kompetensi tiap animator bisa terekam dengan detail.
Saban kali mendapat proyek, Adit melibatkan jaringannya. Dia melakukan supervisi atau membuat storyboard, sisanya digarap animator daerah. "Saya ingin memberi kesempatan buat mereka yang di luar Jakarta merasakan pengalaman komersial," Adit memberi alasan.
Sepanjang 2006-2008, proyek kola-borasi itu menghasilkan banyak karya. Ada klip video, iklan pendidikan, dan profil perusahaan. Kliennya antara lain ASEAN, band musik Padi, Teh Botol Sosro, Lifebuoy, dan beberapa kementerian. Duit yang didulang mencapai Rp 600 juta.
Keberhasilan HelloFest bergema hingga mancanegara. Sejak tahun lalu, lima karya terbaik Hello Fest diputar di Asiagraph, Tokyo, Jepang, semacam perhelatan para kreator Asia. Di sini mereka menampilkan karya-karya yang menggabungkan sains, seni, dan teknologi. Satu karya animasi Hello Fest meraih penghargaan Asiagraph tahun lalu. Adit dipercaya menjadi anggota Komite Asiagraph dan salah satu juri ekshibisi tersebut mulai tahun ini.
Lahir dan besar di Malang, Jawa Timur, bakat seni Adit terasah sejak taman kanak-kanak. Di usia delapan tahun, ia menciptakan tokoh-tokoh rekaan. Ia menitipkan kaset video betamax kepada tetangganya yang punya parabola untuk direkamkan iklan komersial. Kelas enam sekolah dasar, menggunakan bolpoin dan buku tulis, Adit membuat majalah. Namanya "Sinoe". Isinya menampilkan tokoh ciptaannya: Doracemont Si Anjing Ajaib, Resep Cinderlela, dan Enam Sekawan. Yang terakhir bercerita tentang enam "jagoan" di kelasnya yang suka usil dan dimusuhi banyak orang. Ada juga iklan sampo, acara televisi, hingga cerita pendek.
Hobi membuat komik berlanjut hingga sekolah menengah pertama. Lalu di sekolah menengah atas ia tertarik pada animasi. Lulus SMA, ia melanjutkan studi ke Advanced Diploma of Interactive Multimedia, KvB Institute of Technology Sydney, Australia (sekarang Raffles College).
Pulang ke Indonesia pada 2000, ia bergabung dengan Trans TV. Posisi-nya desainer kreatif dan animator. Bertahan dua tahun, ia keluar dan bekerja lepas. Pada 2003, dia bersama empat koleganya mendirikan perusahaan kreatif. Proyeknya membikin iklan komersial, profil perusahaan, hingga klip video. Perusahaan ini bertahan satu tahun. Adit lalu berikhtiar membuka kursus animasi. Alasannya, dia melihat banyak orang punya fantasi, tapi tak mampu menghidupkan ide. Untuk mewujudkan imajinasi, kata dia, bisa lewat animasi.
Ternyata merintis usaha tidak mudah. Bungsu dari dua bersaudara ini mengaku melakukan kesalahan. Dana Rp 400 juta dari bank banyak dia belanjakan untuk peralatan, sedangkan divisi lain tak punya uang. Ia juga tidak tahu cara merekrut karyawan. Ia bahkan tak peduli arus kas perusahaan. Adit sempat kelimpungan membayar bunga bank. Ia minta jatuh tempo utang dijadwal ulang. Utang itu lunas dua tahun lagi. Ia pun mulai membaca buku manajemen dan pemasaran. Beruntung, tak lama kursus dibuka, murid berdatangan. Tak sampai tiga tahun sudah balik modal. Sementara dulu hanya punya dua pegawai, kini anggota stafnya ada sepuluh. Jumlah pengajar berlipat, menjadi 20-an, semuanya mentor lepas. Beberapa di antaranya lulusan Hello Motion.
Sejak tiga tahun lalu, ia mendirikan Kementerian Desain Republik Indonesia (KDRI). "Ini gerakan menularkan virus nasionalisme untuk mengubah citra Indonesia lewat kekuatan desain," ujarnya. Di blognya, ia mengganti logo beberapa kementerian yang dinilai jadul. Gerakan ini bersambut. Setiap hari, ia menerima kiriman logo baru dari mereka yang peduli terhadap gerakan ini. Imbasnya, Kementerian Desain ketiban proyek. Tugasnya membuat logo beberapa institusi. Pada Desember 2006-Juni 2007, dia memasukkan Rp 230 juta dari urusan logo saja. Mulai tahun ini ia mendirikan Distro KDRI, divisi penjualan kaus dan merchandise. Ia memberi kesempatan bagi para aktivis Kementerian Desain, kini jumlahnya 3.000-an orangikut mendesain gambar kaus. Honornya Rp 500 ribu plus 10 persen royalti penjualan. Omzet Distro KDRI kini Rp 15-20 juta per bulan. Adit yakin penjualan Distro KDRI bisa melesat.
Semua lini usaha-di bawah bendera PT HelloMotion Korpora Indonesiakini beromzet Rp 1,5 miliar per tahun. Pendapatan tertinggi dari Hello Motion Academy sekitar 60 persen. Disusul Dapupu Production anak usaha di bidang rumah produksi 35 persen.
Bisnis cerah industri kreatif membuat investor meliriknya. "Ada tiga investor yang ingin membeli saham Hello Motion Korpora," kata Adit. Bahkan banyak permintaan agar ia membuka sistem waralaba. Semua itu belum ditanggapi serius. Kalaupun membuka cabang sekolah, Adit lebih sreg mengelola sendiri. Itu bisa dikerjakan karena ia memiliki bank data, jaringan kreator yang diperoleh dari perhelatan HelloFest. Jangka panjangnya, ia bermimpi Hello Fest dihadiri 500 ribu orang.
Sekolah dan festival memang bagian dari rencana dia memperbanyak talenta animasi. Apalagi ia ingin menyelesaikan proyek pribadi berupa film animasi layar lebar, yang membutuhkan banyak animator. Target besarnya: menciptakan taman bermain seperti Disneyland. Tokoh yang bakal ditampilkan di taman itu adalah karakter yang lahir dan disosialisasi lewat Hello Fest dan Kementerian Desain. Karakter itu, kata Adit, harus lengket dulu dengan publik.
Di mata Choirul Djamhari, Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian Kop-rasi dan Usaha Kecil Menengah, Adit adalah sosok yang berpikiran ke depan. Apa yang dikerjakannya cukup menjanjikan. Apalagi industri kreatif adalah industri masa depan. "Dia menjadi lokomotif di bidangnya dan memiliki banyak gerbong," kata Choirul.
"Ia satu-satunya kontestan International Young Creative Entrepreneur of the Year kategori film yang mampu berpikir jernih dan paling siap dengan rencana sepuluh tahun ke depan."
Mira Lesmana, produser film, juri International Young Creative Entrepreneur of the Year Kategori Film . "Ternyata ada orang yang punya mimpi besar memajukan animasi Indonesia. Mas Adit adalah animator yang bisa menjalankan bisnis. Melihat HelloFest kemarin, saya yakin prospek bisnis animasi kian besar, memacu semangat kami yang muda-muda."
Penghargaan
  Animasi Terbaik, Pekan Komik dan Animasi Indonesia (2000)
  Animasi Terbaik, Festival Film dan Video Independen Indonesia (2000)
  Best Video Clip of the Month, Video Music Indonesia (2002)
  People Choice Award, Video Music Indonesia (2002)
  Stop Human Cloning, Film Pendek Terbaik JiFFest (2004)
  Finalis Shorts Film Festival, Jepang (2004)
  Finalis Asian Film Festival, Korea Selatan (2005)
  Delapan Penghargaan Festival Animasi Indonesia (2005)
  Konsep Terbaik Film Animasi Layar Lebar, JiFFest & Hubert Bals Foundation (2005)

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/12/21/LU/mbm.20091221.LU132236.id.html

No comments:

Post a Comment

download,pdf,agribisnis,ppt,studi,kasus,perbankan,kelayakan,skripsi,pkl